Kamis, 20 Oktober 2011

Jabung Temple/ Candi Jabung


Candi Jabung

Sample Image
Candi Jabung Merupakan Salah Satu Peninggalan Bersejarah
Salah satu peninggalan sejarah dan purbakala di Probolinggo ialah Candi Jabung yang terletak di Desa Jabung Candi, Kecamatan Paiton.
One of ancient and historical heritages in Probolinggo is Jabung temple. It is located in Jabung village, in Paiton district.
Dalam kitab Negarakertagama, pupuhXXXI diuraikan pada saat raja Hayam Wuruk mengadakan perjalanan di daerah timur (tahun 1359) telah sampai di Kalayu berhenti untuk mengadakan upacara persembahan (nyekar = yakni upacara penaburan bunga). Kalayu adalah nama desa perdikan kasogatan, tempat candi makam sanak kandang Baginda Raja. Penyekaran di makam dilakukan sangat hormat
“memegat sigi” nama penyekaran itu. Setelah selesai penyekaran, perjalanan diteruskan mengunjungi desa-desa di sekitarnya dan bermalambeberapa malam. Kalayu ditinggalkan dan perjalanan menuju ke Kutugan melalui Kebun Agung sampai Kambangrawi dan bermalam.
Negarakertagama book, capter XXXI stated that Hayam Wuruk king reached Kalayu on his journey to the East area, he stopped there to do a ritual ceremony (nyekar : ritual ceremony by throwing flowers). Kalayu is the name of a village perdikan kasogatan, where the family’s King burried. The name of the ceremony is “memegat sigi” after finishing the ceremony. Hayam Wuruk continued his journey to visit villages around it and spent some nighs there. He left Kalayu and went to Kutugan trough Kebun Agung till Kabangrawi and spent nights there.
jabung1.jpg   jabung5.jpg
Beberapa relief yang terdapat pada dinding Candi Jabung
Tanah anugrah Sri Nata kepada Tumenggung Nala, candinya Budha menjulang tinggi sangat elok bentuknya. Paginya  Baginda dan rombongan meneruskan perjalanan ke Kalses, B’rurang, Patunjungan, terus langsung melintasi Patentanan, Tarbu dan Lesan sampai di Pajarakan. Di samping itu dalam kitab Pararaton disebutkan bahwa di desa Sajabung terdapat bangunan suci yang diberi gelar abhiseka: Barajinaparamitapura. Bila diperhatikan dari urutan perjalanan dan nama-nama desa yang dilalui dan disinggahi maka bangunan suci tersebut kiranya dapat disamakan dengan Candi Jabung sekarang dan bersifat agama Budha.
The given land of Sri Nata to Tumenggung Nala had budhist temple. It was very beautiful temple. The next morning the King and his fellow went to Kalses, B’rurang, passed by Patunjungan, Tarbu ang Lesan till Pajarakan. Besides, Pararaton book stated that in Sajabung village there was a holy building called abhiseka : Bajrajinaparamitapura. It can be called Jabung Temple now and it I a Budhist temple.
jabung4.jpgArsitektur dan ragam hias
Candi Jabung dibuat dari bahan batu merah dengan ukuran, panjang = 3,11 m, lebar = 9,58 m dan tinggi = 15,58 m. Pada saat sebelum diadakan pemugaran candi berdiri pada sebidang tanah yang berukuran 35 x 40 m dan sekarang telah mendapatkan perluasan tambahan tanah hasil pengadaan seluas 20.042 m2. Candi Jabung terletak pada ketinggian 8 m diatas permukaan air laut. Berdasarkan letak pintu bilik  candi terletak disebelah barat, maka Candi Jabung tersebut menghadap ke barat. Pada sisi barat masih terlihat bagian yang menjorok ke depan merupakan bekas susunan tangga naik memasuki candi.
Architecture
Jabung Temple was made by red stone with measure ; length = 13,11 m ; weidth = 9,58 m ; height = 15,58 m. Before renovation, the temple was built in 35 x 40 m land, but it is large now. Its wide about 20.042 m2. Jabung Temple located about 8 m on the sea surface. This temple faces the west. In west side, there is a part of the temple which sticks out of the foundation, and it was the stairs as the entrance to temple.
jabung2.jpgPada bangunan candi umumnya terdiri dari bagian soubasement, bagian kaki candi, tubuh candid an atap candi, demikian juga halnya yang terdapat pada Candi Jabung. Ditinjau dari sudut arsitektur Candi Jabung sangat menarik, karena bagian tubuhnya berbentuk bulat (silinder) yang berdiri diatas bagian kaki candi yang bertingkat tiga berbentuk persegi. Sedangkan bagian atapnya berbentuk stupa. Uraian singkat bagian demi bagian sebagai berikut :
Mostly temple building consists of soubasement, temple foot, the body of the temple and the roof, and so does the Jabung Temple. Architecturally the Jabung Temple is very interesting since its body is cylindrical and stands on the three storced temple foot which is square shoped. While, the roof is in the form of stupa. To further explaination on each part you can see as follows :
1. Bagian Soubasement
Bagian soubasement  Candi Jabung berukuran 13,11 m, lebar 9,8 m. Diatas bagian soubasement / dasar candi terdapat selasar keliling yang sempit dan terdapat beberapa panil relief yang belum diketahui secara pasti jalan ceritanya. Pada relief tersebut menggambarkan kehidupan sehari-hari, antara lain :
1. Soubasement
Soubasement  of Jabung Temple measures 13,11 metres by 9,58 metres in the upper part of the soubasement on in the floor of the temple there are a narrow verandah and some relief panils which its story is not surely know yet. The relief panils represent daily activities such as :
(a). Seorang pertapa memakai surban berhadapan dengan muridnya, (b). Dua orang lelaki yang sedang berada dekat sumur, salah seorang sedang memegang tali rimba, (c). Diantara panil-panil tersebut terdapat bidang panil yang berbentuk bulan menonjol semacam medalion. Sayang sekali relief yang terdapat dalam medalion tersebut sudah aus, sehingga sulit untuk diketahui, (d). Terdapat pula relief / pahatan singa yang sedang berhadapan muka dengan singa yang lain dan ekornya masing-masing melengkung keatas menyerupai sulur daun. Disamping saling berhadapan singa tersebut juga saling bertolak belakang.
(a). A hermit wearing “surban” stands opposite to his students, (b). Two men who are near well and one of them is holding a pailrope, (c). Among those panils, there is a lunar shaped panil ground like medalion. Unfortunately, relief in the medalion has been broken so that it is hard to know it, (d). There is also a relief about a lion which sits opposite to another lion and each of its tails is bent upward like the top of leaves. Besides, being opposite each other, they also back to back.
2. Bagian Kaki Candi
Pada dasarnya bentuk fondasinya segi empat, hanya di bagian barat atau sisi depan terdapat bagian yang menjorok ke luar sebagian fondasi atau bagian konstruksi yang mendukung tangga naik. Keadaan sebelum dipugar di sisi sebelah timur atau belakang terdapat lubang akibat tangan jahil manusia untuk mencari harta karun yang diperkirakan disimpan di bagian tengah bawah candi.
2. Temple foot part.
Basically, the foundation of the temple foot is square shaped, but in the west or the fornt side of it, there is a part which sticks out of the foundation or construction part which hold the stairway up. Before being renewed, in the east or the back side of it there was a hole which had been made by person looking for heritages which might be saved in the middle of under temple.
Dari lubang tersebut kita dapat mengetahui bahwa di bagian bawah tengah Candi Jabung terdapat sebuah bilik berbentuk segi empat dengan ukuran 130 x 130 cm tanpa terdapat pintu untuk memasukinya. Selama pemugaran berlangsung lubang sisi timur telah ditutup kembali sesuai dengan keadaan semula.
Through the hole we can see that in the middle of under temple there is a square room with out door measuring 130 by 130 cm. When it was fixed, the hole was closed a before.
jabung6.jpgBagian kaki Candi dibagi menjadi 2 (dua) kaki candi, dengan keadaan sebagai berikut :
a. Bagian kaki candi tingkat pertama.
Bagian kaki candi pertama dimulai dari lis di atas fondasi berbentuk agief dengan hiasan daun padma, kemudian lis datar dengan ketinggian lebih kurang 60 cm. Diatas lis-lis tersebut terdapat bidang panil yang terdiri dari 36 lapis batu merah atau setinggi 2 m. Pada bidang panil dipahatkan motif medalion, bidang tegak dan ornamen daun-daunan yang kesemuanya sudah tidak begitu jelas karena aus. Pada bidang tegaknya umumnya dipahatkan lukisan manusia, binatang dan pohon-pohonan.
 The temple foot is divided into two :
a. The first level of temple foot
The first temple foot is begun rom the “lis” on the foundation in the form of “agief” with the ornament of padma leaf, then the level “lis” with more on less 60 cm height. On yhe lis, there is panil surface consisting 36 ranks of bricks or 2 m height. On the panil surface, there is a relief of medalion, vertical side, and leaves ornament which are not clear because it has worn out. On the vertical side, usually reliefed painting of man, animals and tress.
b. Bagian candi tingkat kedua
Bagian kaki candi tingkat kedua bentuknya hampir sama dengan bagian kaki tingkat pertama, yakni dimulai hiasan daun padma dan lis datar. Di beberapa bagian terdapat bidang vertical selebar 50 cm berisi ukuran kala dan ornamen daun-daunan.
b. The second Temple plain
The second temple plain, has the some shope as the first temple foot, that is begun with the padma leaf and plain lis. On some sides, there are vertical plain about 50 cm wide with “kala” size and leaves ornament.
3. Bagian Tubuh Candi
Sebelum sampai ke bagian tubuh candi masih terdapat bagian yang dinamakan bagian duduk tubuh. Bagian duduk tubuh dimulai setelah bagian kaki candi tingkat kedua. Pada bagian tubuh mulai tampak peralihan bentuk dari bagian kaki candi yang persegi menuju kebagian tubuh candi yang bulat (silinder). Pada penampilan ketiga sisinya (utara, timur dan selatan) masih tampak jelas bentuk persegi, tetapi pada bagian sudut-sudutnya sudah berbentuk bulat. Pada bagian bulat di tengah-tengahnya dipahatkan ragam hias kala dan sulur gelang di kanan-kirinya, tetapi bentuk kala dari ketiga sudut tersebut bentuknya berbeda-beda, demikian juga halnya ragam hias sulur bervariasi. Pada bagian penampil yang menjorok keluar terdapat bidang-bidang panil berbentuk mendatar dan tegak. Bidang panil tegak terdapat  pada sudut-sudut dan tengah, sedangkan bidang panil mendatar terletak diantara bidang panil tegak. Pada panil-panil di bagian duduk tubuh terdapat relief manusia, rumah dan pohon-pohonan. Sebagian relief sudah tidak karena aus.
3. The Temple Body
Before the body of the temple, there is still the part, namely body sit portion. It is begun after the second of the temple foot. On the body can be seen the moving of the shape from the square temple foot to the sylinde body. On the third performance side (nort, east and south) still can be seen clearly the square, but on the corners are round. In the centre of the round part, reliefed Kala Ornament and bracelet spiral on the left and right side, but the shape of “kala” from the three of corner have different shape, and also the variation of spiral ornament. On the performance that is stick out, there are “panil” plains in the shape of horizontal and vertical. The vertical panil stand in the corner and in the center, while horizontal panil between the vertical panil. Panils that are on the body sit there is a relief of man, house and trees. Some one them are not clear because the have worn out.
Setelah bagian duduk tubuh candi kemudian diteruskan dengan bagian tubuh candi yang berbentuk bulat (silinder). Sampai sekarang bagian tubuh candi masih kelihatan kuat / cukup stabil dan dihiasi relief dan ukiran yang sangat indah serta halus pahatannya. Di tengah-tengah bagian tubuh candi terdapat ban melingkar seperti ikat pinggang selebar 14 lapis batu merah. Pada tiap-tiap penampil sisi utara, timur dan selatan terdapat bagian yang menjorok keluar berbetuk pintu semu. Diatas pintu semu dipahatkan bentuk kala yang diukir secara halus dan meriah. Dibagian bawah dari ambang pintu berbentuk segi empat lebih menonjol keluar yang ditengahnya dipahatkan kepala naga dan bila dirangkaikan disebut “kala naga”.
After the body sit of the temple, we go on with the temples body which is sylinder. Up to now, the body is still strong and stabil ornamented with the beautiful relief and carving. In the center of the body, stick a ribbon twist like a belt with a wide of 14 ranks of bricks. On every performance at the north, east and south found a part that is stick  out shaped of deceis door. On it, reliefes “kala” that is reliefed brightly  and smooshly under the square door, sticker out which is at the center, ornamented with the dragon head and if it is bundled, called “Dragon Kala”.
Pada penampilan sisi barat lebih menonjol bilamana dibandingkan dengan penampil sisi-sisi lainnya. Hal ini dikarenakan oleh adanya tangga naik / masuk menuju ke bilik candi yang dihubungkan dengan pintu masuk. Pada kaki ambang pintu terdapat dua lis yang terletak disebelah kanan dan kiri. Maka bagian atas bingkai pintu masuk terdapat balok batu kali berwarna hitam dengan hiasan pahatn motif aroset yang ditengah-tengahnya dipahatkan tulisan angka tahun Caka 1354 atau tahun 1354 Masehi. Angka tahun ini dapat dipakai sebagai bukti masa pembangunan Candi Jabung. Diatas batu kali tersebut dahulunya terdapat bentuk kala seperti terdapat pada penampilan sisi-sisi yang lain, namun sekarang sudah tidak dapat dilihat karena rusak dimakan jaman.
At west performance, sticker out if it is compared to the performance. This is because of the up stairs / in to the temple’s room. That is conected with the entrance. On the foot of the door way, stay two “lis” that are on the left and right. So on the frame of the door way, there is the block of black river stone with the aroset ornament which on the center reliefed the years of Caka 1354 (1354 Masehi). This year can be used a approve the time of building Jabung Temple. Behind the river stone in the part reliefed Kaka like on the order performance, but now can’t be seen anymore since it has worn out through the year.
Pada bagian tengah tubuh candi, melalui pintu tersebut dapat melihat bilik candi. Bilik candi berukuran 2,60 x 2,58 meter dan tingginya 5,52 meter yang dibagian atasnya terdapat batu penutup cungkup yang berukir. Di dalam bilik candi terdapat altar yang menempel pada dinding sebelah utara, timur dan selatan. Pada dinding sebelah timur terdapat tanda kerusakan, sehingga hal ini memberikan petunjuk kemungkinan semula di tempat itu diletakkan arca pemujaan.
In the center of the body, through the door, can be seen the temple room. It measure 2.60 x 2,58 m and 5,52 in high where relief of stone cover on it. In the temple room, stayed altar stick on the north wall, east and south. On the east wall, there is a sign of ruined, so this gives a guide to the possibility of the statve  place.
4. Bagian Atap Candi
Sebagian  dari bagian atap candi sudah hilang. Dari sisa-sisa bagian atap candi kemungkinan besar puncaknya berbentuk stupa. Sekarang yang dapat kita lihat beberapa tingkat bingkai saja, terdiri dari lis-lis datar dan deretan bingkai-bingkai tegak, bertingkat-tingkat. Bagaimana bentuk dan beberapa tingginya atap belum diketahui, karena sebagian besar dan stupa atau puncak candi sudah hilang.
jabung7.jpg4. The Roof of The Temple
A part of the roof has gone from the ruin it is possible that the top of it is the satve. Now, what we can see rust some ranks of the frame consist of the level lis and row of straticfied vertical frames. It can be known the shape and the statves or the top of yhe temple has gone.
Disamping candi induk, masih terdapat sebuah candi yang disebut Candi Menara Sudut (Candi Sudut), karena memang letaknya disudut bagian pagar. Candi Menara Sudut terbuat dari batu merah sejenis dengan bahan yang dipakai pada Candi Induk. Bangunan candi menara sudut berukuran tiap-tiap sisi 2,55 meter dan ketinggian sekitar 6 meter. Pada sisi dinding timur dan utara terdapat bekas susunan tembok membujur ke timur dan ke utara, sedangkan di sisi barat dan selatan tidak terdapat tanda-tanda bekas tembok (polos, asli). Dengan data tersebut kemungkinan dahulu dikelilingi oleh pagar tembok dan candi menara sudut tersebut merupakan bangunan sudut pagar.
Beside the main temple there is still a temple, namely “Corner Tower Temple” (Candi Menara Sudut) or corner temple, since the location is at the corner of the fence. Candi Menara Sudut made of bricks like the material used in the main temple. The building of the corner temple measure 2,55 m in every side and high about 6 m. On the east  and north wall, there is a trace of the exformation of the wall layed on east and north, while on the west and south sides, there is no signs of ex-wall (plain pure). With that data, it is possible that in the past, surrounded by the wall fence and the corner tower temple was corner fence building.

Skripsi dan thesis


Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mengilustrasikan suatu karya ilmiah berupa paparan tulisan hasil penelitian sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan/ fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku.
Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap mampu memadukan pengetahuan dan ketrampilannya dalam memahami, menganalisis, menggambarkan dan menjelaskan masalah yang berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. Skripsi merupakan persyaratan untuk mendapatkan status sarjana (S1) di setiap Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang ada di Indonesia. Istilah skripsi sebagai tugas akhir sarjana  hanya digunakan di Indonesia. Negara lain, seperti Australia menggunakan istilah thesis untuk penyebutan tugas akhir dengan penelitian untuk jenjang undergraduate (S1), Postgraduate (s2), PhD dengan riset (S3) dan disertation untuk tugas riset dengan ukuran yang kecil baik undergrduate (sarjana S1) ataupun postgraduate (pascasarjana). Sedangkan di Indonesia Skripsi untuk jenjang S1, Tesis untuk jenjang (S2) dan Disertasi untuk jenjang (S3).
Dalam penulisan skripsi, mahasiswa dibimbing oleh dua orang pembimbing yang berstatus dosen pada perguruan tinggi tempat mahasiswa kuliah. Kedua pembimbing tersebut disebut dengan istilah Pembimbing I dan Pembimbing II. Biasanya, Pembimbing I memiliki peranan yang lebih dominan bila dibanding dengan Pembimbing II.
Proses penulisan skripsi ditentukan oleh setiap perguruan tinggi, penulisan skripsi pada umumnya tidak jauh berbeda dengan perguruan tinggi yang lainnya.
Proses dari penyusun skripsi adalah sebagai berikut:
  • Pengajuan judul skripsi
  • Pengajuan proposal skripsi
  • Seminar proposal skripsi
  • Penelitian
  • Setelah penulisan dianggap sempurna oleh Pembimbing I dan Pembimbing II, mahasiswa diuji hasil tulisan dari penelitian karya ilmiahnya tersebut.
Karakteristik skripsi
  1. Merupakan karya ilmiah sehingga harus dihasilkan melalui metode ilmiah.
  2. Merupakan laporan tertulis dari hasil penelitian pada salah satu aspek kehidupan masyarakat atau organisasi (untuk ilmu sosial). Hasil penelitian ini dikaji dengan merujuk pada suatu fenomena, teori atau hasil-hasil penelitian yang relevan yang pernah dilaksanakan sebelumnya.

August Comte atau juga Auguste Comte (Nama panjang: Isidore Marie Auguste François Xavier Comte; lahir di Montpellier, Perancis, 17 Januari 1798 – meninggal di Paris, Perancis, 5 September 1857 pada umur 59 tahun) adalah seorang ilmuwan Perancis yang dijuluki sebagai "bapak sosiologi". Dia dikenal sebagai orang pertama yang mengaplikasikan metode ilmiah dalam ilmu sosial.
Kehidupan
Comte lahir di Montpellier, sebuah kota kecil di bagian barat daya dari negara Perancis. Setelah bersekolah disana, ia melanjutkan pendidikannya di Politeknik École di Paris. Politeknik École saat itu terkenal dengan kesetiaannya kepada idealis republikanisme dan filosofi proses. Pada tahun 1818, politeknik tersebut ditutup untuk re-organisasi. Comte pun meninggalkan École dan melanjutkan pendidikannya di sekolah kedokteran di Montpellier.
Tak lama kemudian, ia melihat sebuah perbedaan yang mencolok antara agama Katolik yang ia anut dengan pemikiran keluarga monarki yang berkuasa sehingga ia terpaksa meninggalkan Paris. Kemudian pada bulan Agustus 1817 dia menjadi murid sekaligus sekertaris dari Claude Henri de Rouvroy, Comte de Saint-Simon, yang kemudian membawa Comte masuk ke dalam lingkungan intelek. Pada tahun 1824, Comte meninggalkan Saint-Simon karena lagi-lagi ia merasa ada ketidakcocokan dalam hubungannya.
Saat itu, Comte mengetahui apa yang ia harus lakukan selanjutnya: meneliti tentang filosofi positivisme. Rencananya ini kemudian dipublikasikan dengan nama Plan de travaux scientifiques nécessaires pour réorganiser la société (1822) (Indonesia: Rencana studi ilmiah untuk pengaturan kembali masyarakat). Tetapi ia gagal mendapatkan posisi akademis sehingga menghambat penelitiannya. Kehidupan dan penelitiannya kemudian mulai bergantung pada sponsor dan bantuan finansial dari beberapa temannya.
Ia kemudian menikahi seorang wanita bernama Caroline Massin. Comte dikenal arogan, kejam dan mudah marah sehingga pada tahun 1826 dia dibawa ke sebuah rumah sakit jiwa, tetapi ia kabur sebelum sembuh. Kemudian setelah kondisinya distabilkan oleh Massin, ia mengerjakan kembali apa yang dulu direncanakannya. Namun sayangnya, ia bercerai dengan Massin pada tahun 1842 karena alasan yang belum diketahui. Saat-saat di antara pengerjaan kembali rencananya sampai pada perceraiannya, ia mempublikasikan bukunya yang berjudul Le Cours de Philosophie Positivistic.
Pada tahun 1844, Comte menjalin kasih dengan Clotilde de Vaux, dalam hubungan yang tetap platonis. Setelah Clotilde wafat, kisah cinta ini menjadi quasi-religius. Tak lama setelahnya, Comte, yang merasa dirinya adalah seorang penemu sekaligus seorang nabi dari "agama kemanusiaan" (religion of humanity), menerbitkan bukunya yang berjudul Système de politique positive (1851 - 1854).
Dia wafat di Paris pada tanggal 5 September 1857 dan dimakamkan di Cimetière du Père Lachaise.
Peninggalan
motto Ordem e Progresso ("Order and Progress") yang tertulis pada bendera Brazil terinspirasi dari motto postivisme August Comte: L'amour pour principe et l'ordre pour base; le progrès pour but ("Cinta sebagai sebuah prinsip dan perintah sebagai basisnya; proses sebagai tujuannya"). Kata-kata tersebut dijadikan motto karena berdasarkan fakta, orang-orang yang melakukan kudeta militer yang kemudian menjatuhkan monarki dan memproklamasikan Brazil sebagai republik adalah para pengikut pemikiran Comte.
Comte melihat satu hukum universal dalam semua ilmu pengetahuan yang kemudian ia sebut sebagai 'hukum tiga fase'. Melalui hukumnya ia mulai dikenal di seluruh wilayah berbahasa Inggris (English-speaking world); menurutnya, masyarakat berkembang melalui tiga fase: Teologi, Metafisika, dan tahap positif (atau sering juga disebut "tahap ilmiah").
Fase Teologi dilihat dari prespektif abad ke-19 sebagai permulaan abad pencerahan, dimana kedudukan seorang manusia dalam masyarakat dan pembatasan norma dan nilai manusia didapatkan didasari pada perintah Tuhan. Meskipun memiliki sebutan yang sama, fase Metafisika Comte sangat berbeda dengan teori Metafisika yang dikemukakan oleh Aristoteles atau ilmuwan Yunani kuno lainnya; pemikiran Comte berakar pada permasalahan masyarakat Perancis pasca-revolusi PerancisRevolusi. Fase Metafisika ini merupakan justifikasi dari "hak universal" sebagai hal yang pada [atas] suatu wahana [yang] lebih tinggi dibanding otoritas tentang segala [penguasa/penggaris] manusia untuk membatalkan perintah lalu, walaupun berkata [hak/ kebenaran] tidaklah disesuaikan kepada yang suci di luar semata-mata kiasan. Apa yang ia mengumumkan dengan istilah nya Tahap yang ilmiah, Yang menjadi nyata setelah kegagalan revolusi dan [tentang] Napoleon, orang-orang bisa temukan solusi ke permasalahan sosial dan membawa [mereka/nya] ke dalam kekuatan di samping proklamasi hak azasi manusia atau nubuatan kehendak Tuhan. Mengenai ini ia adalah serupa untuk Karl Marx Dan Jeremy Bentham. Karena waktu nya, ini gagasan untuk suatu Tahap ilmiah telah dipertimbangkan terbaru, walaupun dari suatu sudut pandang kemudiannya [itu] adalah [yang] terlalu derivative untuk ilmu fisika klasik dan sejarah akademis.
Hukum universal lain [yang] ia [memanggil/hubungi] ' hukum yang seperti ensiklopedi'. Dengan kombinasi hukum ini, Comte mengembang;kan suatu penggolongan [yang] hirarkis dan sistematis dari semua ilmu pengetahuan, termasuk ilmu fisika tidak tersusun teratur ( ilmu perbintangan, ilmu pengetahuan bumi dan ilmu kimia) dan ilmu fisika organik ( biologi dan untuk pertama kali, bentuk badan sociale, dinamai kembali kemudiannya sociologie).
Ini gagasan untuk suatu science—not khusus ras manusia, [yang] bukan metaphysics—for sosial adalah terkemuka abad yang 19th dan tidak unik ke Comte. Ambitious—Many akan kata[kan grandiose—way yang Comte membayangkan tentangnya, bagaimanapun, adalah unik.
Comte lihat ilmu pengetahuan baru ini, sosiologi, [seperti;sebagai;ketika] [yang] terbesar dan yang ter]akhir dari semua ilmu pengetahuan, apa yang itu akan meliputi semua lain ilmu pengetahuan, dan yang akan mengintegrasikan dan menghubungkan penemuan mereka ke dalam suatu [yang] utuh kompak.
Comte’S penjelasan Filosofi yang positif memperkenalkan hubungan yang penting antar[a] teori, praktik dan pemahaman manusia dunia. Pada [atas] halaman 27 yang 1855 [yang] mencetak Harriet Martineau’S terjemahan Filosofi Auguste [yang] Yang positif Comte, kita lihat pengamatan nya bahwa, “ Jika adalah benar bahwa tiap-tiap teori harus didasarkan diamati fakta, [itu] dengan sama benar yang fakta tidak bisa diamati tanpa bimbingan beberapa teori. Tanpa . seperti (itu) bimbingan, fakta [kita/kami] akan bersifat tanpa buah dan tak teratur; kita tidak bisa mempertahankan [mereka/nya]: sebagian terbesar kita tidak bisa genap merasa [mereka/nya]. ( Comte, A. ( 1974 cetak ulang). Filosofi yang positif Auguste Comte [yang] dengan [cuma-cuma/bebas] yang diterjemahkan dan yang dipadatkan oleh Harriet Martineau. New York, NY: ADALAH Tekanan. ( Pekerjaan asli menerbitkan 1855, New York, NY: Calvin Blanchard, p. 27.)
Ia coined kata[an] "altruism" untuk mengacu pada apa yang ia percaya untuk menjadi kewajiban moral individu untuk melayani (orang) yang lain dan menempatkan minat mereka di atas diri sendiri. Ia menentang;kan [itu] gagasan untuk [hak/ kebenaran] individu, pemeliharaan yang mereka tidaklah konsisten dengan etis diharapkan ini ( Ini ( Catechisme Positiviste).
[Seperti] yang telah menyebutkan, Comte merumuskan hukum tiga langkah-langkah, salah satu [dari] teori yang pertama evolutionism yang sosial: pengembangan manusia itu ( kemajuan sosial) maju dari theological langkah, di mana alam[i] secara dongengan dipahami/dikandung dan orang [laki-laki] mencari penjelasan [dari;ttg] gejala alami dari mahluk hal-hal yang gaib, melalui/sampai metaphysical langkah di mana alam[i] telah membayangkan sebagai hasil mengaburkan kekuatan dan orang [laki-laki] mencari penjelasan [dari;ttg] gejala alami dari [mereka/nya] sampai yang akhir [itu] Positive Langkah di mana semua abstrak dan mengaburkan kekuatan dibuang, dan gejala alami diterangkan oleh hubungan tetap mereka. Kemajuan ini dipaksa melalui/sampai pengembangan pikiran manusia, dan meningkat(kan) aplikasi pikiran, pemikiran dan logika kepada pemahaman dunia.
Di (dalam) Seumur hidup Comte's, pekerjaan nya kadang-kadang dipandang secara skeptis sebab ia telah mengangkat Paham positifisme untuk a agama dan yang telah nama [sen]dirinya Sri Paus Paham positifisme. Ia coined istilah " sosiologi" untuk menandakan ilmu pengetahuan masyarakat yang baru]]. Ia mempunyai lebih awal menggunakan ungkapan [itu], " ilmu fisika sosial," untuk mengacu pada ilmu pengetahuan masyarakat yang positif; tetapi sebab (orang) yang lain, [yang] khususnya Orang statistik Belgia Adolphe Quetelet, dimulai yang telah untuk menggunakan itu memasukkan [adalah] suatu maksud/arti berbeda, Comte merasa[kan kebutuhan [itu] untuk menemukan [itu] pembentukan kata baru, " sosiologi," a hybrid tentang Latin " socius" (" teman") dan Yunani"?????" ( Logo, " Kata[An]").
Comte biasanya dihormati [ketika;seperti] lebih dulu Sarjana sosiologi barat ( Ibn Khaldun setelah didahului dia di (dalam) Timur dengan hampir empat berabad-abad). Penekanan Comte's pada [atas] saling behubungan [dari;ttg] unsur-unsur sosial adalah suatu pertanda [dari;ttg] modern functionalism. Meskipun demikian, [seperti/ketika] dengan (orang) yang lain banyak orang [dari;ttg] Waktu Comte's, unsur-unsur [yang] tertentu [dari;ttg] pekerjaan nya kini dipandang sebagai tak ilmiah dan eksentrik, dan visi agung sosiologi nya [sebagai/ketika] benda hiasan di tengah meja dari semua ilmu pengetahuan belum mengakar.
Penekanan nya pada [atas] suatu kwantitatif, mathematical basis untuk pengambilan keputusan tinggal dengan [kita/kami] hari ini. [Ini] merupakan suatu pondasi bagi dugaan Paham positifisme yang modern, analisa statistik kwantitatif modern, dan pengambilan keputusan bisnis. Uraian nya hubungan siklis yang berlanjut antar[a] teori dan praktik dilihat di sistem bisnis modern Total Manajemen Berkwalitas dan Peningkatan Mutu Berlanjut [di mana/jika] advokat menguraikan suatu siklus teori [yang] berlanjut dan praktik melalui/sampai four-part siklus rencana,, cek, dan bertindak. Di samping pembelaan analisis kuantitatif nya, Comte lihat suatu batas dalam kemampuan nya untuk membantu menjelaskan gejala sosial.