BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dewasa
ini banyak para pendidik yang kurang perhatian dalam mempelajari pola
pertumbuhan maupun perkembangan peserta didik yang sebenarnya sangat berguna
demi kelancaran proses pembelajaran. Dengan kurang fahamnya pendidik dengan
pola pertumbuhan maupun perkembangan peserta didikinya maka akan terjadi
beberapa hambatan dalam proses pembelajaran seperti : kurang difahaminya materi
yang disampaikan pendidik.
Disamping
itu, kami membuat makalah ini dengan harapan agar penulis dapat lebih mendalam
lagi dalam mempelajari perkembangan peserta didik guna mendukung metode
pembelajaran kelak.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
Apa
hakekat peserta didik dalam pandangan anthropologi maupun dalam pandangan
islam?
Apa
kedudukan peserta didik dalam proses pembelajaran?
Apa
hakekat pertumbuhan dan perkembangan?
Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan?
Apa saja
hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan?
Bagaimana
karakteristik anak usia dini?
Apa saja
yang menjadi masalah perkembangan anak usia dini?
Bagaimana
karakteristik anak usia sekolah dasar?
C.
Tujuan
Tujuan
dari makalah ini adalah :
Mengetahui
hakekat peserta didik dalam pandangan anthropologi maupun dalam pandangan islam
Mengetahui
kedudukan peserta didik
Mengetahui
hakekat pertumbuhan dan perkembangan
Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
Mengetahui
hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan
Mempelajari
karakteristik anak usia dini
Mengetahui
permasalahan perkembangan anak usia dini
Mempelajari
karakteristik anak usia sekolah dasar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Peserta Didik
1.
Hakekat Peserta Didik
Hakekat
peserta didik menurut ilmu filosofi adalah menuntut pemikiran secara dalam,
luas, lengkap, menyeluruh, tuntas serta mengarah pada pemahaman tentang peserta
didik.
Sedangkan
menurut pandangan tradisionil, anak (peserta didik) adalah miniatur manusia
dewasa (Elizabeth B.Hurlock. 1978:2).
Johan
Amos Comenius (abad ke-17) mempelopori kajian tentang anak bahwa anak harus
dipelajari bukan sebagai embrio orang dewasa melainkan sosok alami anak.
Pengikut Comenius mengembangkan pendapat bahwa mengamati anak secara langsung
akan memberi manfaat ketimbang mempelajari secara filosofis.
Pandangan
menurut ilmu psikolog tentang peserta didik adalah individu yang sedang
berkembang baik jasmani maupun rohani. Perubahan jasmani biasa disebut
pertumbuhan, ialah terdapatnya perubahan aspek jasmani menuju kearah kematangan
fungsi, missal kaki, tangan sudah mulai berfungsi secarea sempurna. Sedangkan
perkembangan adalah perubahan aspek psikis secara lebih jelas.
2.
Pandangan Anthropologi tentang Peserta Didik
Pandangan
lama mengatakan bahwa manusia adalah primat, artinya kerabat kera besar,
simpanse dan gorila yang telah mengalami evolusi. Sedang pandangan baru
mengatakan bahwa peserta didik adalah homosapien, artinya makhluk hidup yang
telah mengalami evolusi paling sempurna.
Dari
tinjauan Anthopologi hakekat peserta didik dapat ditafsirkan sebagai berikut:
Peserta
didik sebagai makhluk yang bermasyarakat dan dapat dimasyarakatkan.
Peserta
didik sebagai organism yang harus ditolong, sebab pada waktu lahir
dia dalam kondsi yang lemah.
Imran
Manan (1989: 12-13) menjelaskan bahwa dari dimensi Anthropologi peserta didik
dapat dijelaskan dari tiga dimensi:
Pertama,
peserta didik adalah makhluk social yang hidup bersama-sama.
Kedua,
peserta didik dipandang sebagai individualistis, yakni mampu menampilkan
kepribadian yang khas yang berbeda dengan individu yang lain.
Ketiga,
peserta didik dipandang memiliki moralitas.
3.
Pandangan Islam tentang Peserta Didik
Islam
menjelaskan bahwa manusia (peserta didik) adalah makhluk Allah swt sesuai
firman-Nya dalam Al-Qur’an surat At-Tin : 4
“Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Manusia dibekali
potensi berupa fitrah kecenderungan jahat dan kecenderungan baik sebagaimana
dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Asy-Syams : 8
“Maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”
Agar
dapat menjalankan fungsinya selain dibekali dengan kodrat tersebut juga
dibekali akal, pikiran, nafsu. Dalam banyak ayat peserta didik berpotensi untuk
diperlakukan sebagai subjek didik yang harus dididik, hal tersebut dijelaskan
dalam surat Al-Anbiya’ : 12-17 dan juga surat Al-A’raf : 179.
Beberapa sebutan
manusia dalam Al-Qur’an antara lain Al-Basyr, An-Nas, Abdullah, Kholifah fil
Ard.
4.
Kedudukan Peserta Didik dalam Pembelajaran
Dalam pembelajaran,
peserta didik dapat dipandang sebagai objek didik, subjek didik, dan sebagai
subjek dan objek didik sekaligus.
Dalam pandangan
konvensional, peserta didik dipandang sebagai objek didik, ialah sebagai wadah
yang harus diisi dengan pengetahuan, dan ketrampilan. Peserta didik
diperlakukan pasif, ia harus menereima semua yang diberikan guru.
Dalam pandangan
modern, peserta didik dipandang sebagai subjek yang memiliki potensi
tersendiri, ia aktif mengembangkan potensinya, ia merespon, bertanya dan
menanggapi keterangan guru pada saat berlangsungnya pembelajaran. Guru
berfungsi sebagai fasilitator, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga
peserta didik terjadi proses belajar.
Cirri khas
peserta didik adalah :
Sebagai
individu yang memiliki potensi fisik dan psikis
Sebagai
individu yang sedang berkembang baik potensi fisik maupun psikis
Dalam
pengembangan potensi tersebut peserta didik membutuhkan bantuan orang lain
Memiliki
kemampuan untuk mandiri.
B.
Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
1.
Hakekat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan diartikan
sebagai perubahan alamiah secara kuantitatif pada segi jasmaniah atau fisik dan
atau menunjukkan kepada suatu fungsi tertentu yang baru (yang tadinya belum
tampak) dari organisme atau individu.
Hasil pertumbuhan
adalah bertambahnya ukuran kuantitatif badan anak (dari misalnya 100 cm menjadi
110 cm), kekuatan fisiknya, dll. Pertumbuhan juga menyangkut perubahan yang
semakin sempurna tentang fungsi suatu aspek jasmani (fungsi tangan pada anak 2
tahun untuk memegang benda, semakin dewasa dapat dipergunakan untuk menulis,
menari, dll), system jaringan syaraf, sehingga istilahnya pertumbuhan adalah
proses perubahan dan pematangan fisik.
Perkembangan diartikan
sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju
tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progresif dan
berkesinambungan baik fisik maupun psikis. Perkembangan juga bias diartikan
suatu perubahan aspek psikis dari kurang terdeferensiasi menuju deferensiasi,
terarah, terorganisasi dan terintegrasi meningkat secara bertahap menuju
kesempurnaan.
Proses pertumbuhan
dan perkembangan berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung,
saling mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan.
2. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan antara lain :
Faktor
turunan (warisan)
Turunan
memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir ke
dunia ini membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua Ibu-Bapak atau
nenek dan kakek. Warisan (turunan atau pembawaan) tersebut yang terpenting,
antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, inteligensi, bakat,
sifat-sifat atau watak dan penyakit.
Warisan
atau turunan yang dibawa anak sejak lahir dari kandungan sebagian besar berasal
dari kedua orang tuanya dan selebihnya berasal dari nenek dan moyangnya dari
kedua belah pihak (ibu dan ayahnya). Hal ini sesuai dengan hukum Mendel yang
dicetuskan Gregor Mendel (1857).
Ilmu watak
(karakterologi)
Karakterologi
adalah istilah Belanda, berasal dari kata karakter, yang berarti watak dan
logos, yang berarti ilmu. Jadi karkaterologi dapat kita terjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia menjadi ilmu watak.
Kata
Belanda karakter, itu berasal dari kata Yunani charassein, yang berarti
(mula-mula) coretan, atau gorasan. Kemudian berarti stempel atau gambaran yang
ditinggalkan oleh stempel itu. Jadi di sini kita menganggap bahwa tingkah laku
manusia adalah pencerminan dari seluruh pribadinya. Ini telah lama sekali
dikenal oleh manusia.
Inteligensi (kecerdasan)
Andaikata
pikiran kita umpamakan sebagai senjata, bagaimanakah kualitas dari senjata itu,
tajam atau tidakkah? Membicarakan tentang tajam atau tidaknya kemampuan
berpikir tidak lain kita membicarakan inteligensi (kecerdasan). Sehubungan
dengan ini perlu diketahui lebih dahulu apakah intelek dan apakah inteligensi
itu.
Intelek
adalah (pikiran) dengan intelek ornag dapat menimbang, menguraikan,
menghubung-hubungkan pengertian satu dengan yang lain dan menarik kesimpulan.
Inteligensi adalah (kecerdasan pikiran), dengan inteligensi fungsi pikir dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi/untuk memecahkan suatu masalah. Dengan lain perkataan inteligensi adalah situasi kecerdasan berpikir, sifat-sifat perbuatan cerdas (inteligen).
Inteligensi adalah (kecerdasan pikiran), dengan inteligensi fungsi pikir dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi/untuk memecahkan suatu masalah. Dengan lain perkataan inteligensi adalah situasi kecerdasan berpikir, sifat-sifat perbuatan cerdas (inteligen).
3. Hukum
Pertumbuhan dan Perkembangan
Hukum-hukum
tersebut antara lain :
Hukum
Chepalocoudal
Bahwa
dalam pertumbuhan fisik khususnya dimulai dari kepala ke arah kaki. Bagian
kepala tumbuh terlebih dahulu baru menuju ke bagian kaki.
Hukum
Proximodistal
Hukum
ini berlaku pada pertumbuhan fisik yang mengatakan bahwa pertumbuhan fisik
berpusat pada sumbu dan mengarah ke tepi.
Perkembangan
terjadi dari umum ke khusus
Pada
setiap aspek pertumbuhan dan perkembangan dimulai dari hal-hal yang bersifat
umum, kemudian sedikit demi sedikit menuju ke hal yang bersifat khusus.
Perkembangan
berlangsung sesuai dengan tahap perkembangan
Pada
umumnya para ahli membagi tahap-tahap perkembangan manusia sebagai berikut :
Masa
pra-lahir
Masa
bayi (0-2 tahun)
Masa
kanak-kanak (3-5 tahun)
Masa
sekolah (6-12 tahun)
Masa
remaja (13-24 tahun)
Masa
awal remaja (13-15 tahun)
Masa
remaja (16-20 tahun)
Masa
akhir remaja (21-24)
Masa
dewasa (25-60 tahun)
Masa
awal dewasa (25-30 tahun)
Masa
dewasa (31-45)
Masa
akhir dewasa (46-60 tahun)
Masa tua
(61 tahun ke atas)
Masa
lansia (71 tahun ke atas)
Hukum
tempo dan irama perkembangan
Tahap
perkembangan berlangsung secara berurutan, terus menerus, tetap, berlaku secara
umum dalam suatu tempo dan irama perkembangan tertentu. Cepat lambatnya waktu
perkembangan sesuai dengan irama masing-masing individu. Setiap aspek
perkembangan memiliki tempo dan irama perkembangan masing-masing.
C.
Perkembangan Anak Usia Dini
1.
Karakteristik Anak Usia Dini
Anak
usia dini (0 – 8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai
lompatan perkembangan karena itulah maka usia dini dikatakan
sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga
dibanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang
unik. Secara lebih rinci akan diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai
berikut :
Usia 0 –
1 tahun
Pada
masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar biasa, paling cepat
dibanding usia selanjutnya. Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar dipelajari
anak pada usia ini. Beberapa karakteristik anak usia bayi dapat dijelaskan
antara lain :
Mempelajari
ketrampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk, berdiri dan
berjalan.
Mempelajari
ketrampilan menggunakan panca indera, seperti melihat atau mengamati, meraba,
mendengar, mencium dan mengecap dengan memasukkan setiap benda ke mulutnya.
Mempelajari
komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan kontrak sosial
dengan lingkungannya. Komunikasi responsif dari orang dewasa akan mendorong dan
memperluas respon verbal dan non verbal bayi.
Berbagai
kemampuan dan ketrampilan dasar tersebut merupakan modal penting bagi anak
untuk menjalani proses perkembangan selanjutnya.
Usia 2 –
3 tahun
Anak
pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa sebelumnya.
Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa
karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2 – 3 tahun antara lain :
Anak
sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia memiliki
kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa. Eksplorasi
yang dilakukan oleh anak terhadap benda-benda apa saja yang ditemui merupakan
proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia tersebut
menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada hambatan
dari lingkungan.
Anak
mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh, kemudian
satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus belajar dan
berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi
hati dan pikiran.
Anak
mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak didasarkan pada bagaimana
lingkungan memperlakukan dia. Sebab emosi bukan ditemukan oleh bawaan namun
lebih banyak pada lingkungan.
Usia 4 –
6 tahun
Anak
usia 4 – 6 tahun memiliki karakteristik antara lain :
Berkaitan
dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan. Hal
ini bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun besar.
Perkembangan
bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami pembicaraan orang lain dan
mampu mengungkapkan pikirannya dalam batas-batas tertentu.
Perkembangan
kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin tahu anak
yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hl itu terlihat dari seringnya
anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat.
Bentuk
permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial. Walaupun
aktifitas bermain dilakukan anak secara bersama.
Usia 7 –
8 tahun
Karakteristik
perkembangan anak usia 7 – 8 tahun antara lain :
Perkembangan
kognitif anak masih berada pada masa yang cepat. Dari segi kemampuan, secara
kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian. Artinya anak sudah mampu
berpikir analisis dan sintesis, deduktif dan induktif.
Perkembangan
sosial anak mulai ingin melepaskan diri dari otoritas orangtuanya. Hal ini
ditunjukkan dengan kecenderungan anak untuk selalu bermain di luar rumah
bergaul dengan teman sebaya.
Anak
mulai menyukai permainan sosial. Bentuk permainan yang melibatkan banyak orang
dengan saling berinteraksi.
Perkembangan
emosi anak sudah mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari kepribadian anak.
Walaupun pada usia ini masih pada taraf pembentukan, namun pengalaman anak
sebenarnya telah menampakkan hasil.
2. Perkembangan Anak
Usia Dini
Perkembangan
anak dimulai sejak dalam kandungan, kehidupan anak dimulai saat sel telur
dibuahi oleh sel sperma. Dari sel yang sama bentuk dan fungsinya berkembang
manjadi sel yang bersifat khusus seperti sel syaraf , sel otot, sel darah, sel
tulang. Sel-sel tersebut membentuk jaringan, seperti jaringan saraf, jaringan
otot, jaringan darah, jaringan epitel, dan jaringan tulang, jaringan membentuk
organ, seperti otak, jantung, mata, telinga, tangan dan kaki.
Aspek-aspek
perkembangan anak usia dini meliputi :
Perkembangan
fisik-motorik
Meliputi
perkembangan badan, otot kasar dan otot halus, yang selanjutnya disebut motorik
kasar dan motorik halus. Perkembangan anak meliputi 4 unsur yaitu : kekuatan,
ketahanan, kecekatan, keseimbangan.
Perkembangan
kognitif
Menurut
Jean Piaget, semua anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama yaitu :
Tahap
sensor motor (0 – 2 tahun) . .
Kegiatan
intelektual pada tahap ini hampir seluruhnya mencakup gejala
yang diterima secara langsung melalui indra. Pada saat anak mencapai kematangan dan mulai memperoleh keterampilan berbahasa, mereka mengaplikasikannya dengan menerapkannya pada objek-objek yang nyata. Anak mulai memahami hubungan antara benda dengan nama yang diberikan kepada benda tersebut.
yang diterima secara langsung melalui indra. Pada saat anak mencapai kematangan dan mulai memperoleh keterampilan berbahasa, mereka mengaplikasikannya dengan menerapkannya pada objek-objek yang nyata. Anak mulai memahami hubungan antara benda dengan nama yang diberikan kepada benda tersebut.
Tahap
praoperasional (2 – 7 tahun)
Pada
tahap ini perkembangan sangat pesat. Lambang-lambang bahasa yang dipergunakan
untuk menunjukkan benda-benda nyata bertambah dengan pesatnya. Keputusan yang
dianbil hanya berdasarkan intuisi, bukannya berdasarkan annlisis rasional. Anak
biasanya mengambil kesimpulan dari sebagian kecil yang diketahuinya, dari suatu
keseluruhan yang besar. Menurut pendapat mereka pesawat terbang adalah benda
kecil yang berukuran 30 cm; karena hanya itulah yang nampak pada mereka saat
mereka menengadah dan melihatnya terbang di angkasa.
Tahap
operasional konkrit (7 – 11)
Kemampuan
berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir secara sistematis
untuk .mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini permasalahan yang dihadapinya
adalah permasalahan yang konkret.
Pada
tahap ini anak akan menemui kesulitan bila diberi tugas sekolah yang
menuntutnya untuk mencari sesuatu yang tersembunyi. Misalnya, anak sering kali
menjadi frustasi bila disuruh mencari arti tersembunyi dari suati kata dalam
tulisan tertentu. Mereka menyukai soal-soal yang tersedia jawabannya.
Tahap
operasional formal (11 -15 tahun)
Tahap
ini ditandai dengan pola berpikir orang dewasa. Mereka dapat mengaplikasikan
cara berpikir terhadap permasalahan dari semua kategor baik yang abstrak maupun
yang konkret. Pada tahap ini anak sudah dapet memikirkan buah pikirannya, dapat
membentuk ide-ide, berpikir tentang masa depan secara realistis.
Perkembangan
moral,disiplin,etika
Ditandai
dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku,
perilaku anak sangat dipengaruhi oleh konsekwensi fisik maupun hidonistik yang
diterima anak sebagai balasan atas perilakunya.
Perkembangan sosial,empati,kerjasama
Pasa
tahap ini perkembangan sosial anak dimulai dari sifat egosentrik, individual
kearah interaktif, komunal.
Perkembangan emosional,harga
diri,aktualisasi diri.
Perkembangan
emosional, harga diri pada anak usia dini dimulai dengan
Tahap
Basic Trust vs Mistrust (0-1 tahun)
Anak
mendapat rangsangan dari lingkungan, dalam merespon rangsangan anak mendapatkan
pengalaman yang menyenangkan akan tumbuh rasa percaya diri, tetapi kalau anak
tidak mendapatkan pengalaman yang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga.
Tahap
Autonomy vs Doumt (2-3 tahun)
Anak
sudah harus mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot
tubuhnya.
Tahap
Intiative vs Guilt (4-5 tahun)
Pada
masa ini anak harus dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari orang tua, anak
harus dapat bergerak bebas dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Perkembangan bahasa
dan literasi
Perkembangan
bahasa anak dimulai dari menangis untuk mengekspresikan responnya terhadap
bermacam-macam stimuli.
Perkembangan kreativitas
dan daya cipta
Perilaku
mencerminkan kreativitas alamiah pada anak usia dini dapat diidentifikasikan
dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Senang
menjajaki lingkungannya
Mengamati
dan memegang segala sesuatu, eksplorasi secara ekspansif dan eksesif
Rasa
ingin tahunya besarnya
Bersifat
spontan menyatakan pikiran dan perasaannya
Suka
berpetualang
Suka
melakukan eksperimen
Jarang
merasa bosan
Mempunyai
daya imajinasi yang tinggi.
3. Permasalahan Perkembangan
Anak Usia Dini
Permasalahan-permasalahan
yang muncul adalah :
Bahaya
fisik
Kematian
Penyakit
Kecelakaan
Kejanggalan
Tangan
kidal
Bahaya
psikologis
Bahaya
dalam berbicara
Ada tiga
bahaya sehubungan dengan masalah kemampuan anak berkomunikasi, yakni:
Orang
lain tidak dapat mengharapkan anak-anak untuk mengerti apa yang dikatakan
apabila orang lain memakai kata-kata yang tidak dimengerti oleh anak-anak.
Dalam
awal masa kanak-kanak, mutu pembicaraan yang buruk dapat disebabkan salah ucap
atau kesalahan tata bahasa, gagap, pelat atau berbahasa dua.
Berbahasa
dua merupakan hambatan yang serius dalam perkembangan sosial anak.
Bahaya
emosional
Bahaya
emosional awal masa kanak-kanak yang besar kelihatan pada dominasi emosi yang
kurang baik, terutama amarah.
Bahaya
sosial
Ada
sejumlah bahaya terhadap perkembangannya penyesuaian sosial yang baik pada awal
masa kanak-kanak, misal: kalau pembicaraan atau perilaku anak menyebabkan ia
tidak populer diantara teman-teman sebaya, ia tidak hanya akan merasa kesepian
tapi yang lebih penting ia kurang mempunyai kesempatan untuk belajar.
Bahaya
moral
Pada
masa ini anak usia dini mempunyai kecenderungan disiplin yang kurang konsisten
akan memperlambat proses untuk belajar menyesuaikan diri.
Bahaya
kepribadian
Bahaya
kepribadian yang paling serius adalah perkembangan konsep diri yang kurang baik
yang dapat disebabkan perilaku anggota keluarga dan teman-teman.
D.
Karakteristik Anak Usia Dini Sekolah Dasar
1.
Pertumbuhan Fisik atau Jasmani
Perkembangan
fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak
tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama
pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan
yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan,
perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.
Nutrisi
dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi
dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak
aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang
menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Olahraga
juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang
berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan
berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak.
Orang
tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang sering kali
diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi,
panas, dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu memperhatikan kebutuhan
utama anak, antara lain kebutuhan gizi, kesehatan dan kebugaran jasmani yang
dapat dilakukan setiap hari sekalipun sederhana.
Perkembangan intelektual anak sangat
tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran
jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan
intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki
kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi
dengan teman-temannya.
Perkembangan
emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia,
lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan
perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya,
etnik dan bangsa.
Perkembangan
emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan
faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak
yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang
sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya
sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya.
Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu
menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi
keseimbangan emosional anak.
Perlakuan
saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali bertemu dan bergaul
juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak.
Dalam
mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak,
biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak,
psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua
akan dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat
menghindarkan segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat
perkembangan mental dan emosional anak.
Stres
juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang tua,
keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul.
Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang
perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan
jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan
diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang
bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat.
Bahasa
telah berkembang sejak anak berusia 4 – 5 bulan. Orang tua yang bijak selalu
membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang sederhana sampai
anak memiliki keterampilan berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa. Oleh
karena itu bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan
organ pada anak dan kesediaan orang tua membimbing anaknya.
Fungsi
dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan, (b) sebagai
alat untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk membina hubungan sosial,
(d) sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e) untuk dapat mempengaruhi
pikiran dan perasaan orang lain, (f) untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
Potensi
anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu: (a) kematangan alat
berbicara, (b) kesiapan mental, (c) adanya model yang baik untuk dicontoh oleh
anak, (d) kesempatan berlatih, (e) motivasi untuk belajar dan berlatih dan (f)
bimbingan dari orang tua.
Di
samping adanya berbagai dukungan tersebut juga terdapat gangguan perkembangan
berbicara bagi anak, yaitu: (a) anak cengeng, (b) anak sulit memahami isi
pembicaraan orang lain.
Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa
selain memberikan bimbingan juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam
masyarakat dengan tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak,
mengembangkan keterampilan anak dalam bergaul dan memberikan penguatan melalui
pemberian hadiah kepada ajak apabila berbuat atau berperilaku yang positif.
Terdapat
bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu yang berupa
materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar pada
kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam
masyarakat luas.
Fungsi
hadiah bagi anak, antara lain: (a) memiliki nilai pendidikan, (b) memberikan
motivasi kepada anak, (c) memperkuat perilaku dan (d) memberikan dorongan agar
anak berbuat lebih baik lagi.
Fungsi
hukuman yang diberikan kepada anak adalah: (a) fungsi restruktif, (b) fungsi
pendidikan, (c) sebagai penguat motivasi.
Syarat
pemberian hukuman adalah: (a) segera diberikan, (b) konsisten, (c) konstruktif,
(d) impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak melainkan kepada perbuatannya,
(e) harus disertai alasan, (f) sebagai alat kontrol diri, (g) diberikan pada
tempat dan waktu yang tepat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Peserta
didik dipandang miniature orang dewasa
Islam
memandang peserta didik sebagai individu yang diberi potensi berkecenderungan
berbuat jelek dan baik.
Pertumbuhan
adalah perubahan kuantitas fisik akibat pematangan fungsi fisik.
Perkembangan
adalah perubahan aspek psikis karena kematangan fungsi psikis dari yang
sifatnya kurang terdeferensiasi menuju ke deferensiasi.
Perubahan-perubahan
pada diri individu merupakan bagian dari pertumbuhan dan perkembangan.
Perkembangan
fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, meskipun anak-anak
tersebut usianya tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi yang
relatif sama pula.
Kritik
dan Saran
Pembaca
yang budiman, semoga makalah ini dapat dijadikan salah satu referensi dalam
pembelajaran Perkembangan Peserta Didik khususnya pada pembahasan Bab Peserta
Didik, Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik, Perkembangan Anak Usia Dini,
dan Krakteristik Anak Usia Sekolah Dasar.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca sekalian sangat penulis harapkan guna
kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qur’an
dan Terjemah. 1996. Semarang: PT. Karya Toha Putra
Marsudi,
Saring, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Hidayah,
Dhini Ferry. 2010. “Perkembangan Peserta Didik”. Makalah. Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.
Sofa.
2008. “Hakikat Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik” (online), (http://massofa.wordpress.com/2008/04/25/hakikat-pertumbuhan-dan-perkembangan-peserta-didik, di akses tanggal 13 April
2011).
Sofa.
2008. “Karakteristik Anak Usia SD” (online), (http://massofa.wordpress.com/2008/01/25/karakteristik-anak-usia-sekolah-dasar, di akses tanggal 14 April
2011).
Ralqis.
2009. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan” (online), (http://www.duniaremaja.org/t154-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perkembangan, di akses tanggal 14 April
2011).
Ozon
Station. 2010. “Karakteristik Anak Usia Dini” (online), (http://dachun91.wordpress.com/2010/11/22/karakteristik-anak-usia-dini, 14 April 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar