BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum Pembelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis.
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pemerintah pusat telah menentukan standar kompetensi (SK) yang harus dimiliki oleh siswa. Ada macam 4 SK yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kompetensi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. SK yang cakupan materinya masih bersifat umum ini kemudian dijabarkan dalam sejumlah kompetensi minimum atau yang lebih dikenal dengan istilah kompetensi dasar (KD). Salah satu KD yang merupakan jabaran dari SK, kemampuan menulis yang harus dikuasai siswa adalah kemampuan menulis Teks Deskriptif (Depdiknas, 2006).
Banyak yang mengatakan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris tidak berhasil. Salah satu sebab kegagalan ini adalah budaya pengajaran di kelas yang kita miliki tidak kondusif untuk menunjang proses pembelajaran. Di dalam kelas murid dituntut untuk duduk manis, mendengarkan guru secara seksama dan mematuhi semua keterangannya. Guru adalah merupakan satu-satunya orang yang dianggap mengetahui segala sesuatu dan oleh karena itu, dia mendominasi kegiatan di kelas. Ditambah lagi keadaan kualitas guru yang masih kurang bagus kualitas kerjanya, dimana semua itu tidak dapat dilepaskan dari manajemen pendidikan. Oleh karena itu, program peningkatan kualitas guru dalam melaksanakan PBM (proses belajar mengajar), harus menjadi sesuatu yang utama disekolah disamping tiga aspek yang lain, yaitu kemampuan, semangat kerja dan dedikasi dan aspek kesejahteraan (Zamroni, 2000:120). Jika budaya semacam ini masih dipertahankan, niscaya usaha apapun yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kwalitas pendidikan akan sia-sia.
Sejauh ini sudah cukup banyak tulisan-tulisan di media massa yang secara terbuka mempertanyakan mengapa pelajaran menulis dianaktirikan di negeri ini (Marahimin, 2001: 16). Pelajaran menulis rasanya tidak diberikan di sebagian besar sekolah-sekolah kita, mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Pelajaran menulis hanya diberikan teori-teorinya saja, itupun ada yang tidak sejalan dengan metode pengajaran menulis. Selain itu, buku-buku pegangan dan buku teks pelajaran menulis bagi siswa memang masih langka, untuk tidak mengatakan belum ada sama sekali.
Kurikulum terbaru yang sedang dikembangkan saat ini yaitu kurikulum 2006/KTSP lebih menuntut seorang guru untuk berbuat maksimal mengadakan reformasi dalam pembelajarannya.
Selanjutnya timbul pertanyaan strategi pembelajaran apa yang relevan dengan KTSP? Maka paling tidak seorang guru harus paham tentang strategi pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL), Quantum Teaching-Learning dan juga
Pembelajaran PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) dimana Chain Writing adalah salah satu pilihan.
Diberlakukannya kurikulum 2006 merupakan hal yang sangat mengembirakan bagi pelajaran menulis, karena menulis mendapatkan porsi seimbang dengan empat kemampuan berbahasa yang lainnya tak terkecuali pelajaran menulis Teks Deskriptif.
Akan tetapi pembelajaran menulis Teks Deskriptif Siswa Kelas VII di SMPN 2 Gending masih menemui banyak kendala. Kendala tersebut tampak karena: (1) pembelajaran menulis oleh sebagian besar guru kelas masih dianggap tidak terlalu penting, (2) keterbasan sebagian guru dalam pengetahuan menulis. Kendala itu bertambah lagi ketika mengetahui pembelajaran menulis Teks Deskriptif dalam kurikulum 2006 merupakan salah satu KD di kelas VII.
Ditemukan di beberapa sekolah, pembelajaran menulis dengan model pemberian tugas tanpa arah yang jelas. Setelah menerangkan unsur-unsur menulis (bahkan sebagian guru tidak menerangkan sebelumnya), guru lalu menugasi siswa untuk menulis. Ketika siswanya bertanya, ”Bagaimana caranya, Bu?” Guru itu menjawab ”Terserah anak-anak.” Ada juga guru menjawab, ”Tulislah berdasarkan kemampuan penguasaan kosa kata yang kamu miliki.” Namun ketika siswa berkomentar ”Saya tidak bisa , Bu...”, guru pun seperti kehabisan akal. Dalam keadaan seperti itu, guru pun ganti menekan siswanya untuk menulis apa saja tanpa banyak berkomentar. Akhirnya siswa belajar menulis Teks Deskriptif dengan perasaan ’tersiksa’ dan ’terbebani’. Perasaan semacam itu akan terus berulang setiap kali guru masuk dan menagih hasil tulisan siswanya.
Berangkat dari kondisi tersebut, penelitian ini berusaha untuk mencari bentuk pembelajaran menulis Teks Deskriptif yang tidak ’menyiksa, tidak ’membebani’, tetapi yang ’menyenangkan’, yang dapat dinikmati siswa maupun guru, yang bisa meningkatkan kerjasama/gotong royong, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, yaitu pembelajaran menulis Teks Deskriptif dengan menggunakan strategi Chain Writing.
Kembali pada variasi metode mengajar dan keluwesan dalam penerapan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi murid terutama dalam pembelajaran PAKEM, Chain Writing merupakan salah satu pilihan. Chain Writing adalah sebuah game yang menciptakan kolaborasi pertukaran pikiran, perasaan, dan ide antara beberapa orang yang menyebabkan efek yang sepadan pada masing-masing individu (Brown, 1994)
Sebuah laporan penelitian efek dari Chain Writing diantara murid-murid sekolah menengah (Lampe, 1996) mengindikasikan bahwa game ini meningkatkan pencapaian nilai siswa, menimbulkan rasa percaya diri, dan memperbaiki hubungan sesama teman. Penulis yakin, teknik ini akan sesuai untuk setting/keadaan siswa di Indonesia karena perasaan orang Indonesia pada umumnya suka gotong royong dan bekerjasama dari pada sifat individual dan suka berkompetisi/persaingan.
Berdasarkan uraian di atas dan agar supaya penelitian ini menjadi terarah, maka fokus tulisan ini dikhususkan pada penerapan Chain Writing dalam pengembangan kemampuan menulis Teks Deskriptif berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan.
1.2 Perumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah, ada satu masalah yang ingin ditetapkan oleh penulis sebagai masalah utama dalam karya tulis ini yaitu:
1. Apakah Metode Chain Writing dapat meningkatkan kemampuan menulis Teks Deskriptif pada siswa kelas VIIA Semester II SMPN 2 Gending Tahun Pelajaran 2008-2009?
2. Bagaimana Peningkatan Kemampuan Siswa dalam menulis Teks Deskriptif dengan Metode Chain Writing siswa kelas VIIA Semester II di SMPN 2 Gending Tahun Pelajaran 2008-2009 ?
1.3 Cara Pemecahan Masalah
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Inggris merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Inggris. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.
Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Inggris ini diharapkan:
(1) peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya,; (2) guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar; (3) guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;
Meskipun guru memiliki kewenangan penuh untuk menyusun skenario/rencana praktek pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar, pengamatan awal di SMPN 2 Gending Siswa Kelas VIIA Semester II Tahun Pelajaran 2008-2009 mengindikasikan bahwa beberapa guru masih menghadapi permasalahan. Oleh karena itu, melalui penelitian dalam karya tulis ini, penulis sekaligus peneliti berusaha menyajikan alternatif pembelajaran menulis karangan yang PAKEM (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) yaitu metode Chain Writing yang sebaiknya dilaksanakan di luar kelas.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran ini ditandai dengan semua siswa terlibat dalam penulisan. Kreativitas siswa dapat dilihat dari kegiatan menuliskan kembali cerita yang didengar/dilihat. Efektivitas pembelajaran ini dapat dilihat dari proses interaksi belajar mengajar dan produk yang dihasilkan dari pembelajaran. Efektivitas yang pertama dapat dilihat dari keterlibatan siswa secara serius, hadir, senang, menikmati dan tidak merasa tersiksa atau terbebani saat pembelajaran berlangsung. Efektifitas yang kedua dapat dipantau dari hasil pembelajaran yang menggambarkan kemampuan siswa dalam hal memilih kata ( diction), menggunakan ejaan (spelling), keterkaitan antar kalimat (coheren) dan membuat struktur kalimat ( grammar) dengan benar.
Pembelajaran ini juga menyenangkan siswa karena dimulai dengan guru membacakan Teks Deskriptif, disamping kegiatan ini dilakukan di luar kelas.
1.4 Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan
1. Menggunakan Metode Chain Writing untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Deskriptif Siswa Kelas VIIA Semester II SMPN 2 Gending Tahun Pelajaran 2008-2009.
2. Mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam menulis Teks Deskriptif dengan Metode Chain Writing pada siswa kelas VIIA Semester II SMPN 2 Gending Tahun Pelajaran 2008-2009.
1.5 Definisi Istilah
Untuk menghindari salah interpretasi, istilah-istilah penting dalam karya tulis ilmiah ini didefinisikan sebagai berikut:
a. Pembelajaran: adalah proses belajar mengajar pelajaran Bahasa Inggris terutama untuk kompetensi menulis.
b. Chain Writing: salah satu motode pembelajaran menulis yang dilaksanakan berkelompok dan berlari secara bergantian (lihat lampiran)
c. Kemampuan Menulis Teks Deskriptif : adalah kemampuan menulis dengan menjabarkan sesuatu baik berupa benda, tempat atau orang.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi teori pembelajaran Bahasa Inggris, khususnya pembelajaran menulis Teks Deskriptif.
(2) Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru bahasa Inggris di Madrasah Tsanawiyah sebagai alternatif memecahkan masalah pembelajaran menulis Teks Deskriptif. Dan oleh siswa, diharapkan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai petunjuk praktis, konkret, dan operasional dalam menulis Teks Deskriptif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Pada Zaman dahulu di Cina, orang yang ingin menjadi pelukis akan diberi contoh lukisan yang sudah jadi dan baik, yang mana lukisan tersebut dibuat oleh seorang master, yaitu seorang ahli melukis yang sudah terkenal. Sang calon pelukis disuruh meniru lukisan master tadi sampai sebisa-bisanya, semirip mungkin. Sesudah sepuluh-dua puluh kali mencoba, sang murid akan mendapatkan sebuah master baru untuk ditiru. Begitulah seterusnya sampai sang calon pelukis itu bisa melukis sendiri, dan mulai menemukan bentuk yang khas yang sesuai dengan kepribadiannya. Metode ini dinamakan Copy the Master, yang artinya menirukan tulisan seorang ahli (Marahimin, 2001:21).
Lain di Cina, lain pula di Barat. Kata orang kalau kita belajar melukis cara Barat, kita belajar mulai dari garis dan bentuk dulu, kemudian anatomi, perspektif, warna, dan sebagainya menurut urutan-urutan yang sesuai dengan pendirian guru yang mengajar.
Pembelajaran menulis karangan pun mengenal kedua metode itu, yaitu melalui kaidah-kaidah yang disuruh hafalkan, dan copy the master. Belajar menulis karangan melalui kaidah-kaidah menurut hemat penulis adalah ibarat belajar berenang di darat, dan juga cara copy the master yang justru mematikan kreativitas siswa.
Tujuan orang menulis adalah untuk menjelaskan dan melaporkan responnya atas suatu pengalaman yang menarik, menyenangkan atau menyedihkan dalam hidup ini (Barnet, 1979: 27). Sesuatu pengalaman yang menarik, menyenangkan ataupun menyedihkan itu bisa berbentuk sesuatu yang bisa dilihat, didengar, dirasakan, maupun dalam bentuk yang lain. Berangkat dari pemikiran inilah, memperdengarkan karangan atau menayangkan cerita pengalaman adalah merupakan sumber pembelajaran menulis yang sangat efektif.
2.2.Metode Chain Writing
Sebuah penelitian yang diadakan oleh Cohen (1994) dari Stanford University, dengan judul: Restructuring the Classroom, telah sampai pada kesimpulan bahwa kelompok kerja semacam Chain Writing bisa diterima sebagai metode dalam mencapai peningkatan tujuan pembelajaran. Cara seperti ini menghasilkan pemerolehan belajar, pengembangan daya pikir yang lebih tinggi, perkembangan periulaku sosial, cara mengadakan interaksi dan merupakan sebuah cara untuk memanage keheterogenan akademis dalam kelas.
Secara teori, Chain Writing adalah dikerjakan dalam kelompok-kelompok yang akan memberikan kesempatan istimewa pada siswa siswi untuk aktif menulis (Nystrand, 1986), adalah merupakan teknik yang direkomendasikan dalam rekonstruksi sekolah (Newmann, 1986). Teknik kelompok ini juga secara luas direkomendasikan sebagai cara memperoleh derajat rasa persamaan dalam kelas (Oakes and Lipton, 1990). Manfaat dari Chain Writing yang dilaksanakan secara berkelompok ini adalah tersedianya peningkatan kesempatan komunikasi yang besar sesama siswa (Kerr, 1985)
Barness dan Todd (1977) menyimpulkan bahwa belajar secara berkelompok lebih efektif dari cara atau teknik yang lain. Dibanding dengan metode yang lain, kompetisi dan individual, teknik bekerja secara berkelompok mempunyai nilai lebih (Johnson, 1984). Dalam teknik kompetisi, murid bekerja berlawanan dengan yang lain dengan tujuan mencapai sesuatu yang hanya bisa diperoleh oleh seorang siswa, yaitu juara 1. Tentu saja tujuan ini tercapai kalau saja dan jika saja siswa yang lain gagal. Sehingga hanya beberapa siswa saja yang aktif karena mereka mengira hanya merekalah yang bisa mencapai tujuan itu, sementara sebagian besar siswa yang lain hanya ogah-ogahan karena mereka yakin tidak memperoleh kesempatan sebagai juara 1.
Secara singkat perbedaan antara metode Chain Writing dengan teknik tradisional adalah:
Chain Writing | Tradisional |
|
|
Adapun strategi pembelajaran menulis karangan dengan menggunakan Chain Writing ini adalah sebagai berikut:
(1) Menyediakan kertas plano, marker (spidol), selotip, dan gunting.
(2) Menyiapkan naskah/teks yang berisi Teks Deskriptif .
(3) Memperdengarkan/mempertunjukkan kepada siswa Teks Deskriptif .
(4) Meminta siswa untuk memusatkan pikiran dan memperhatikan Deskriptif Teks dengan baik-baik.
(5) Mengamati dan merumuskan secara bersama penulisan Teks Deskriptif .
(7) Membagi kelas menjadi lima kelompok, yang masing-masing kelompok beranggotakan 7 siswa. Dan ada satu kelompok yang beranggotakan 6 orang (Karena jumlah siswa adalah 34 orang).
(8) Menempel kertas plano yang telah diawali dengan tulisan frasa pembuka, di dinding.
(9) Mempersilahkan kelima kelompok untuk mengambil jarak sekitar 5 meter, dengan cara berbaris berbanjar pada masing masing kelompok yang telah ditentukan.
(10) Memulai Chain Writing.
(11) Menilai bersama sama hasil menulis Teks Deskriptif .
(12) Mengadakan refleksi secara bersama-sama.
Pembelajaran ini disebut Chain Writing karena fokusnya adalah menulis secara berantai.
2.3.Deskriptif Text
Ada beberapa jenis teks yang harus dicapai dalam Kompetensi Dasar khususnya aspek menulis (writing) oleh siswa kelas VII .Salah satu jenis teks tersebut adalah Teks Deskriptif. Teks Deskriptif adalah wacana/ bacaan yang mendiskripsikan sesuatu, orang atau tempat ( Larson,1984 : 366 ) .
Dengan menguasai Teks Deskriptif siswa diharapkan dapat menjabarkan karakteristik dari suatu benda, orang atau tempat. Kompetensi siswa dalam hal menulis akan semakin berkembang dengan menggunakan kemampuan kosa kata yang mereka miliki.
Untuk mencapai kompetensi ini salah satu strategi yang dipakai adalah strategi Chain Writing, di mana siswa dituntut kreatif di dalam kelompok untuk menghasilkan teks deskriptif.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Obyek dan Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Gending, Jln. Raya Sumberkerang Gnding. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VII semester II. Penelitian ini akan dilakukan dalam jangka waktu dua hari terhitung dari 01 s.d. 02 Juni 2009.
3.2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini mengandung tindakan yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran menulis karangan menggunakan Chain Writing. Oleh karena penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan jenis Deskriptif Kualitatif.
3.3 Prosedur Penelitian
Proses penelitian ini merupakan siklus-siklus sebagaimana dinyatakan Kemmis dan Mc Taggart (1992) yang diawali dengan mengembangkan perencanaan, melakukan tindakan sesuai rencana, melakukan observasi terhadap tindakan, dan melakukan refleksi. Refleksi merupakan tahap perenungan terhadap perencanaan kegiatan tindakan dan kesuksesan yang diperoleh. Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan (Zuriah, 2001: 59), setiap tindakan dan siklusnya selalu bersifat partisipatoris dan kolaboratif.
Berdasarkan prinsip-prinsip penelitian tindakan (action research), prosedur penelitian ini melalui langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Penyusunan Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang dilakukan dimulai dari perumusan rancangan tindakan strategi pembelajaran menulis teks deskriptif:
1) Menyusun rancangan tindakan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang meliputi tujuan pembelajaran, memilih dan menetapkan materi pembelajaran, menetapkan kegiatan belajar-mengajar, memilih dan menetapkan sumber/bahan/alat pembelajaran yaitu berupa naskah yang berisi tentang karangan deskriptif, dan menyusun evaluasi.
2) Menyusun indikator, deskriptor, dan kriteria keberhasilan pembelajaran menulis teks deskriptif menggunakan Chain Writing.
3) Menyusun observasi sebagai alat perekam data, pedoman wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.
4) Melakukan pengecekan terhadap RPP, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran menulis karangan yang dilakukan oleh guru.
(2) Pelaksanaan Tindakan (Siklus I)
Kegiatan pelaksanaan tindakan dilakukan dalam siklus-siklus: siklus I, siklus II, dst. Setiap siklus dimulai dengan memperdengarkan teks deskriptif. Fokus tindakan berupa pada setiap siklus untuk menulis Teks Deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Pelaksanaan Kegiatan Guru Pada Tahap Pembelajaran
Tahap Pembelajaran | Fokus Pembelajaran | Prosedur Pembelajaran | Tindakan |
1. Memperdengarkan deskriptif teks “My neighbour” | 1. Memberi contoh teks deskriftif 2. Mendiskusikan teks deskriptif | 1. Menyiapkan karangan/cerita deskriptif 2. Memperdengarkan karangan /menayangkan cerita tersebut | |
Proses Menulis | 2. Meningkatkan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengamatan 3. Mengembangkan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengamatan dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan yang baik dan benar | 3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan menulis karangan berdasarkan pengamatan siswa terhadap sesuatu, seseorang atau tempat menggunakan strategi Chain Writing. | 3. Memulai Chain Writing |
Pasca Menulis | 4. Membaca karangan yang telah ditulis 5. Mengadakan penilaian/koreksi bersama 6. Refleksi | 4. Pembacaan karangan yang telah selesai 5. Koreksi bersama | 4. Meminta wakil dari kelompok untuk membacakan hasil karangan 5. Mengadakan koreksi dan evaluasi bersama |
(3) Observasi dan Evaluasi
Pada saat tindakan dilaksanakan, observasi dan evaluasi dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung sehingga diharapkan dapat mengidentifikasi masalah dan hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Chain Writing. Berdasarkan refleksi hasil tindakan pada siklus I, peneliti membuat kesimpulan sebagai dasar untuk pelaksanaan tindakan siklus II, lalu dilaksanakan refleksi pelaksanaan tindakan siklus II dan seterusnya sehingga dapat mencapai hasil sesuai dengan rencana pelaksanaan tindakan. Hasil kegiatan refleksi setiap tindakan digunakan untuk menyusun simpulan terhadap hasil tindakan I, dan II.
(4) Tahap Refleksi
Refleksi dilakukan setiap satu tindakan berakhir. Dalam tahap ini peneliti mengadakan perenungan terhadap tindakan yang baru dilakukan. Hal-hal yang direnungkan meliputi (1) pelaksanaan kegiatan pada tahap pembelajaran, (2) keberhasilan mengajar, (3) pencapaian keberhasilan siswa. Semua kegiatan ini tergambar melalui kegiatan telaah analisis, sintesis, pemahaman, dan solusi.
(5) Tindakan siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II ini berfokus pada hasil refleksi siklus I. Kegiatan analisis dan observasi II dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan siklus II ini akan menjadi bahan refleksi siklus II.
3.4 Data Penelitian
Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi yang berupa karangan hasil pembelajaran. Rincian data berkaitan dengan kegiatannya adalah sebagai berikut ini:
(1) perencanaan, yaitu berupa RPP, pemilihan media, dan perencanaan evaluasi;
(2) pelaksanaan, berkaitan dengan perilaku guru dan siswa yang meliputi interaksi belajar mengajar antara guru-siswa, siswa-siswa, dan siswa-guru dalam pembelajaran menulis karangan berdasarkan pengalaman mulai dari pra menulis, proses menulis, dan pasca menulis;
(3) evaluasi, baik yang berupa evaluasi proses maupun evaluasi hasil;
(4) hasil produk berupa karangan teks deskriptif.
3.5 Sumber Data
Tidak ada komentar:
Posting Komentar